Analis di Societe Generale percaya diri bahwa emas akan terus naik di paruh pertama 2021 dikarenakan beberapa faktor: suku bunga rendah, dolar AS yang lemah, kenaikan pada sejumlah aset dengan pengembalian negatif, kenaikan utang pemerintah, dan penguatan yuan. Namun pada paruh kedua 2021, emas akan berada dibawah tekanan dikarenakan peningkatan perekonomian global.

Menurut perkiraan mereka, harga emas akan menetapkan rekor baru dari $2.340 per ons. Namun, harga rata-rata dari logam mulia di akhir tahun ini akan berada di level $2.050 per ons.

Namun di 2022, emas dapat turun ke $1.800 per ons. Alasan untuk hal ini adalah pemulihan ekonomi ke level pra-krisis. Selain itu, sebuah vaksin efektif terhadap COVID-19 tentunya akan muncul. Dengan kata lain, nilai emas secara langsung bergantung pada situasi perekonomian global yang dengan kuat ditekan oleh virus.

Analis di Bank Kanada CIBC setuju bahwa pada 2021, harga emas akan mampu menunjukkan rekor historis terbaru. Para ahli mendasarkan opini mereka pada fakta bahwa pencetakan uang yang belum pernah terjadi sebelumnya akan mendukung perekonomian terus berlanjut, yang secara positif dapat memberi dampak pada emas. Juga terdapat keinginan pengambilan aset beresiko pada pasar keuangan ditengah beberapa vaksin COVID-19. Para ahli menyarankan untuk tidak menyerah pada euforia dan berpikir secara bijaksana, karena risiko dan ketidakpastian ekonomi belum kemana-mana.

Sementara itu, saham emas untuk pengiriman Desember diperdagangkan di $1.803,13 per troy ons. Level support berada di $1.797,10 dan level resistance berada di $1,875.00.

Perak untuk pengiriman Desember turun 0,80% menjadi $23,175 per troy ons, sementara itu tembaga bauj 0,29% dan akan mencapai $3.3672 per pound.

Indeks Dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama, turun 0,06% dan akan diperdagangkan di 91,907.