Kontraksi yang lebih dalam dari PDB kawasan Eropa pada kuarta ke-4, bersamaan dengan indikator lemahnya kepercayaan terhadap Jerman dan ekspektasi ekonomi, serta adanya lonjakan tajam infeksi virus Corona baik di Eropa dan Amerika Serikat, membuat permintaan terhadap aset beresiko menjadi tetap rendah, dan karena itu permintaan naik terhadap aset safe-heaven, terutama pada dolar AS dan yen Jepang. Yen telah menguat terhadap sebagian besar mata uang G10, hal ini dikarenakan para investor enggan mengambil resiko baru dan berusaha menghindarinya ditengah peningkatan pandemi COVID-19. Pada saat yang sama, kurangnya kemajuan dalam negosiasi atas paket stimulus Amerika Serikat yang baru membuat dolar AS terus naik.
Sebelumnya, para pemimpin negara Eropa telah menyebutkan adanya kemungkinan penerapan pembatasan karantina yang baru jika angka infeksi COVID-19 terus meningkat diwiliayah Eropa. Karena pandemi terus berlanjut dibanyak negara di Eropa dan ditambah dengan fakta-fakta bahwa pembatasan baru akan menciptakan konsekuensi yang lebih buruk pada kegiatan ekonomi, peluang untuk melihat kontraksi yang lebih dalam pada PDB kawasan Eropa pada kuartal ke-4 ini akan menjadi lebih tinggi.
Pembatasan sosial baru ini pastinya akan menyebabkan kemunduran besar terhadap sektor jasa, terutama karena gelombang kedua COVID-19 diperkirakan tidak kalah merusak dari gelombang yang pertama. Berita baiknya adalah, pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk mengatasi hal tersebut tanpa menerapkan langkah-langkah karantina yang lebih berat yang dapat menurunkan kondisi ekonomi global.
Jadi, bahkan jika PDB kawasan Eropa menghadapi kondisi buruk, situasinya tidak akan menyamai level rendah yang terjadi sebelumnya. Selain itu, menurut data terkini, kontraksi tajam disektor jasa juga diimbangi dengan membaiknya sektor manufaktur. Namun perlu juga diingat bahwa pada gelombang pertama COVID-19 sektor jasa juga terpuruk terlebih dahulu, barulah kemudian disusul dengan sektor manufaktur.
Berkenaan dengan sektor jasa dan manufaktur, data terbaru menunjukkan bahwa zona Eropa telah mengalami peningkatan pada sektor manufaktur, namun hal itu juga diimbangi dengan penurunan tajam pada sektor jasa. Pasar IHS melaporkan bahwa PMI manufaktur naik dari 53.7 poin menjadi 54.4 poin pada bulan Oktober, sedangkan PMI jasa turun dari 48.0 poin menjadi 46.2 poin. Angka dibawah 50 poin menunjukkan kontraksi aktifitas. Para ekonom mengharapkan PMI manufaktur menjadi 52.6 dan sektor jasa menjadi 46.7.
Mengenai permasalahan pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa kejadian kasus harian COVID-19 diseluruh dunia sudah mencapai 467 ribu, jauh diatas angka sebelumnya.
Kondisi seperti ini tentunya sangat buruk bagi mata uang Eropa, meskipun belum menyebabkan kejatuhan tajam dipasar. Namun, kenaikan diperlukan untuk membawa kuotasi diatas level pertahanan 1.1830, karena hanya setelah level itulah mungkin pasangan ini dapat melihat pergerakan naik menuju level 1.1865. Tetapi jika permintaan untuk euro terus menurun dipasaran, kemungkinan kutipan akan turun ke 1.1790, dan penembusannya akan mendorong pasangan ini menjadi lebih jauh kebawah yaitu ke level 1.1760 dan 1.1705.
Mengenai statistik ekonomi, Departemen Perdagangan Amerika Serikat telah menerbitkan laporannya kemarin dipasar perumahan primer AS, yang laporan tersebut mengejutkan para trader karena data yang dikeluarkan lebih rendah dari perkiraan. Dilaporkan bahwa penjualan mengalami penurunan sebesar 3.5% pada bulan September, menjadi hanya 959,000 per tahun. The Economist sebelumnya telah memperkirakan akan adanya kenaikan 1% dan berjumlah 1.02 juta rumah setahun.
Sementara itu, aktifitas ekonomi dikawasan Dallas Fed terus mengalami pertumbuhan pada indikatornya, sehingga indeks manufaktur pada bulan Oltober naik dari 22.3 poin menjadi 25.5 poin, sedangkan indeks aktifitas bisnisnya meningkat menjadi 19.8 poin.
Berbeda dengan indeks dari Chicago Fed yang mengalami perlambatan dan turun dari 1.11 poin menjadi hanya 0.27 poin pada September, sementara pada ekonom memperkirakannya menjadi 0.73 poin. Penurunan tersebut mengindikasikan buruknye pertumbuhan ekonomi secara bertahap diwilayah tersebut, dimana jika (atau lebih tepatnya ketika) indeks bergerak kesisi negatif, hal ini akan menjadi indikasi bahwa pertumbuhan jauh dibawah tren.