Burano di Italia – Pulau di mana setiap rumah memiliki warna sendiri

Sejak abad ke-13, para nelayan di Laguna Venesia telah mengecat rumah mereka dengan warna cerah untuk membedakannya di tengah kabut tebal. Saat ini, Burano memiliki palet warna resmi. Warna tersebut harus disetujui oleh pemerintah setempat. Fasad lemon, raspberry, azur, dan zamrud memantul di kanal-kanal, menciptakan efek pelangi ganda. Setiap tahun, setengah juta pengunjung datang ke sini untuk berjalan-jalan di jalan-jalan sempit dan merasa seolah-olah berada dalam lukisan cat air. Pulau ini telah bertahan dari banjir dan epidemi, tetapi kecerahannya tetap tak berubah dan telah menjadi harta terbesarnya.

Cinque Terre di Italia – Lima desa dan "Jalan Biru"

Rumah-rumah di Cinque Terre (secara harfiah "lima tanah") telah menghiasi tebing-tebing di tepi Laut Liguria sejak abad ke-12. "Menghias" adalah rujukan langsung pada warna-warna yang digunakan penduduk desa untuk menutupi rumah mereka di tebing. Mereka melakukan ini untuk menakuti bajak laut dan menandai batas-batas keluarga. Monterosso, Vernazza, Corniglia, Manarola, dan Riomaggiore menempel pada tebing, dengan fasad oker, merah muda, dan terakota yang bersisihan dengan kebun anggur. "Jalan Biru" dan status UNESCO-nya menarik 2,5 juta pengunjung setiap tahun.

Valparaiso di Chili – Bukit yang menjadi kanvas

Sejak pertengahan abad ke-19, imigran dari Eropa dan penduduk setempat telah mengecat rumah mereka dengan sisa cat pelabuhan, mengubah lingkungan yang miskin menjadi labirin pelangi. Saat ini, 42 bukit di Valparaiso ditutupi mural, grafiti, dan fasad cerah yang menyambut wisatawan yang menaiki kereta gantung tua. Meskipun menghadapi gempa bumi dan kebakaran, penduduk terus mengangkat kuas, membuktikan bahwa kecerahan adalah bentuk perlawanan. UNESCO melindungi daerah ini, dan tiga juta pengunjung datang setiap tahun untuk memotret kota ini, di mana warna baru muncul di setiap sudut.

La Boca di Argentina – Lingkungan di mana tango hidup di antara pelangi

Pada akhir abad ke-19, imigran Genoa membangun rumah dari besi kapal dan mengecatnya dengan sisa cat laut. Fasad kuning, biru, merah, dan hijau di Jalan Caminito menjadi latar belakang lahirnya tango. Saat ini, musik mengisi udara, pasangan menari, dan dua juta wisatawan mengunjungi setiap tahun untuk merasakan denyut kehidupan Buenos Aires. Banjir dan krisis tidak mematahkan semangat lingkungan ini. Warna-warna kembali seperti semangat rakyat Argentina, menjadikan La Boca salah satu jalan yang paling banyak difoto di dunia.

Nyhavn di Kopenhagen – Warna di mana kisah Andersen lahir

Sejak abad ke-17, para pedagang Hanseatik telah mengecat rumah di sepanjang kanal dengan nada lembut pink, oranye, dan biru. Di sini, di nomor rumah 67, pendongeng Hans Christian Andersen menulis kisah-kisahnya. Saat ini, lima juta tamu memotret fasad dari abad ke-17 dan ke-18 yang memantul di air dan menikmati kopi di teras kapal-kapal tua. Denmark mengajarkan filosofi hygge dan tahu bagaimana menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.

Bo-Kaap di Cape Town – Warna kebebasan di lereng Gunung Table

Pada abad ke-18 dan ke-19, mantan budak Melayu mulai mengecat rumah mereka dengan warna cerah sebagai tanda kemerdekaan. Inilah cara Bo-Kaap, sebuah lingkungan di Cape Town, dibentuk di bawah Gunung Table. Bangunan berwarna pink, limau, turquoise, dan ungu bergantian melambangkan perjuangan melawan apartheid dan menyenangkan mata dengan fasad cerah mereka. Penduduk secara teratur menyegarkan fasad, menjaga ingatan akan mereka yang pertama kali menyatakan, "Kami bebas, dan kami akan bersinar." Satu juta turis berjalan di jalan-jalan berbatu setiap tahun untuk merasakan kebahagiaan pelangi ini.

Guanajuato di Meksiko – Kota yang dicat oleh matahari

Sejak abad ke-16, para penambang telah mengecat rumah di atas tambang perak dengan nuansa kaya kuning, oranye, dan ungu. Jalan-jalan sempit dan terowongan bawah tanah menciptakan suasana labirin, di mana setiap belokan mengungkapkan palet baru. Festival Cervantino dan status UNESCO membawa dua juta pengunjung setiap tahun. Revolusi, banjir, dan gempa bumi tidak memudarkan semangat Meksiko. Penduduk kembali mengangkat kuas, dan kota ini mekar lagi, seolah merayakan setiap hari baru.